aku masih
disini..dalam dekapan rindu yang begitu sangat,kilatan matamu
mengingatkanku akan sebuah garis asa yang tegak lurus berbanding
kekecewaan.
Sadarkah kau kalau dalam setiap tarikan nafasku hanya dirimu yang selalu kurindu.
apakah repihan hati ini tak membuat karangmu luluh mencair, kenapa ombak hasrat tak guna menyibak kemantapan hatimu..ooo sang karang.
betapa berat.. hati yang biasa kosong tiba2 terisi oleh cintamu.
Cintamulah yang membuat sanggup untuk mengangkat dunia beserta isinya.
yang memaksa mentari menebarkan cahayanya di atas gemerlip percikan riak ombak samudra cintamu.
betapa menenangkan, saat tiap masalah dalam kehidupan ini dapat menghilang dengan suara tawamu yang renyah.
jika rembulan itu tak mau bercahaya, kan kutorehkan kata-kata indah hingga matamu berkaca-kaca bak kristal menaburi mayapada.
dan apabila pelangi tak lagi menorehkan warna-warna indah, aku tetap akan melihat keindahan dari tatapan matamu.
karena matamu adalah pelita hati dalam dunia penuh kegelapan ini.
wahai pelita, tetaplah bersinar walau malam telah datang dan gelap pekat telah mencekam.
ahhh.. sinar itu selalu menutupi kelamnya jendela-jendela rasa yang bergerak tak teratur dalam metabolisme perasaanku.
dan sinar itu pun bagai mentari yang memberi cahaya terang pada setiap pekat dari partikel hatiku. yaa...mentari yang selalu datang di setiap fajarku dan kuhalang pergi walau tau senja kan segera pulang.
betapa menghangatkan.. apabila dirimu senantiasa berada di sampingku di setiap malam dingin yang mendatangi.
tapi kenapa kau hanya singgah bagai embun yang menghilang terserap berlahan-lahan di telan semakin telanjangnya sinar mentari yang menyapu kisi-kisi repuh hatimu.
tapi kenapa kau hanya berlalu bagaikan angin pagi yang menusuk dinginnya kalbu berusaha melawan hangatnya mentari.
haruskah sang ranting ini bertanya-bertanya, mengapa angin itu selalu menyapu daun-daun kering yang begitu rapu menempel.
yaa, seperti angin yang menyapu dedaunan. Seperti itu jg kau menyapu setiap hentak cerita kita. Membiarkannya berlalu dan kemudian melupakannya.
mengapa aku harus bertanya kepadamu? sementara punai lain beterbangan diatas mayapada menyapaku indah.
Oh.. cinta, kau butakan aku dengan hadirmu. Ingin rasanya aku terbang ke angkasa untuk memetik bintang sebagai hadiah atas berkah yang aku terima ini.
betapa melegakan.. apabila suara lembut dirimu dapat selalu menemani dan mengisi kehampaan dari hidupku ini.
desiran bisik renyahmu menyusup tak terbendung menumpahkan asa yang mulai merekah.
tumbuh menjadi bait-bait harapan, beranting syair-syair indah masa depan, berbuah anggur syahdu.
betapa memabukkan.. kala desir cintamu merasuki relung hampa dalam hati.
Sadarkah kau kalau dalam setiap tarikan nafasku hanya dirimu yang selalu kurindu.
apakah repihan hati ini tak membuat karangmu luluh mencair, kenapa ombak hasrat tak guna menyibak kemantapan hatimu..ooo sang karang.
betapa berat.. hati yang biasa kosong tiba2 terisi oleh cintamu.
Cintamulah yang membuat sanggup untuk mengangkat dunia beserta isinya.
yang memaksa mentari menebarkan cahayanya di atas gemerlip percikan riak ombak samudra cintamu.
betapa menenangkan, saat tiap masalah dalam kehidupan ini dapat menghilang dengan suara tawamu yang renyah.
jika rembulan itu tak mau bercahaya, kan kutorehkan kata-kata indah hingga matamu berkaca-kaca bak kristal menaburi mayapada.
dan apabila pelangi tak lagi menorehkan warna-warna indah, aku tetap akan melihat keindahan dari tatapan matamu.
karena matamu adalah pelita hati dalam dunia penuh kegelapan ini.
wahai pelita, tetaplah bersinar walau malam telah datang dan gelap pekat telah mencekam.
ahhh.. sinar itu selalu menutupi kelamnya jendela-jendela rasa yang bergerak tak teratur dalam metabolisme perasaanku.
dan sinar itu pun bagai mentari yang memberi cahaya terang pada setiap pekat dari partikel hatiku. yaa...mentari yang selalu datang di setiap fajarku dan kuhalang pergi walau tau senja kan segera pulang.
betapa menghangatkan.. apabila dirimu senantiasa berada di sampingku di setiap malam dingin yang mendatangi.
tapi kenapa kau hanya singgah bagai embun yang menghilang terserap berlahan-lahan di telan semakin telanjangnya sinar mentari yang menyapu kisi-kisi repuh hatimu.
tapi kenapa kau hanya berlalu bagaikan angin pagi yang menusuk dinginnya kalbu berusaha melawan hangatnya mentari.
haruskah sang ranting ini bertanya-bertanya, mengapa angin itu selalu menyapu daun-daun kering yang begitu rapu menempel.
yaa, seperti angin yang menyapu dedaunan. Seperti itu jg kau menyapu setiap hentak cerita kita. Membiarkannya berlalu dan kemudian melupakannya.
mengapa aku harus bertanya kepadamu? sementara punai lain beterbangan diatas mayapada menyapaku indah.
Oh.. cinta, kau butakan aku dengan hadirmu. Ingin rasanya aku terbang ke angkasa untuk memetik bintang sebagai hadiah atas berkah yang aku terima ini.
betapa melegakan.. apabila suara lembut dirimu dapat selalu menemani dan mengisi kehampaan dari hidupku ini.
desiran bisik renyahmu menyusup tak terbendung menumpahkan asa yang mulai merekah.
tumbuh menjadi bait-bait harapan, beranting syair-syair indah masa depan, berbuah anggur syahdu.
betapa memabukkan.. kala desir cintamu merasuki relung hampa dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar